Sunday, September 27, 2009

Kehidupan masa depan Jepang.


Setelah melesat awal 90-an, perekonomian Jepang serasa mandeg. Para politisi impoten akibat skandal, dan banyak bank besar mengalami kemunduran. Mampukah Jepang tetap memimpin masa depan?

Jangan khawatir. Jepang yang mengagungkan paham hypermodernism masih eksis. Mereka masih memiliki teknologi super canggih sampai robotisasi individu. Generasi hypermodernism muncul sekitar pertengahan 1980-an. Saat itu kekuatan bisnis dan produk Jepang meledak dahsyat. Neuromancer melahirkan konsep cyberpunk bagi masa depan Jepang. Logo hologram Fuji Electric tak lagi menghiasi tower di jalanan Tokyo. Jepang mulai beralih ke era silico-, nano- dan bio-Segala teknologi baru juga mengubah gaya hidup masyarakat Jepang.Selain beragam teknologi baru, kita tak boleh melupakan beberapa trade mark Jepang yang masih layak diperhitungkan. Sedikitnya, sepuluh asset yang dimilikinya masih berjasa, sehingga Jepang tetap punya masa depan "wah". Berikut adalah 10 kekayaan Jepang yang melanda kehidupan sehari-hari bangsa itu.

1. Industri
Produk buatan Jepang selalu memperhitungkan detil, tombol sekecil apa pun, hingga setiap guratan, dirancang dengan teliti. Semua elemen yang membentuk suatu produk seakan berkata, "Aku adalah bagian dari mesin ini dan aku wajib menunaikan tugasku, meski tubuhku paling kecil." Bermacam model yang akan dirilis tahun depan, mungkin tidak terlihat baru, tapi bisa dipastikan lebih berkualitas. Dan, motto itu tidak hanya berlaku bagi perangkat elektronik.�
MUJI, pertokoan bergaya minimalis, sedang dalam usaha memperluas pasar. Dalam waktu dua tahun, mereka telah membuka 15 toko di Prancis dan Inggris.

2. Arsitektur
Jepang mempengaruhi paham arsitektur modern dengan sebuah kekuatan dan sentuhan elegan yang sungguh impresif. Konsep minimalis ruangan ala Jepang tidak sekadar nyeni, namun menghadirkan suasana nyaman dan tenteram di hati. Beberapa arsitek Jepang terkenal antara lain Tadao Ando, Yoshio Taniguchi, Toyo Ito, Arata Isozaki, dan Shigeru Ban.�
Inovasi arsitektur terbaru yang akan hadir di Jepang adalah Tokyo Disney Seas. Pembangunan taman hiburan di atas tanah seluas 176 hektar tersebut menghabiskan biaya US$ 2,8 miliar, rencananya akan dibuka September.

3. Merek Ngetop Hello Kitty tidak mencerminkan apa pun. Ia tak pernah dan tak akan menjadi sesuatu. Ia hanyalah lisensi, padahal sudah mendunia. Bahkan, ia tidak mewakili citra apa pun, ego sekalipun. Toh, ia ngetop dari dulu hingga kini. Itulah Jepang.�
Bulan ini, Yu-Gi-Oh! mengudara di WB Television Network. Serial remaja tersebut bercerita tentang sebuah sekolah penuh monster jahat. Video game dan kartu permainannya sudah populer di Jepang, dan akan diperdagangkan di Amerika Serikat saat Natal dan tahun baru 2002.

Saat ini Pokemon ditayangkan di 65 negara dan diterjemahkan ke dalam 30 bahasa. Sejak debutnya pada 1996, Pokemon sudah meraup US$ 15 miliar hanya dari penjualan pernak-perniknya.

4. Musik
Disc Jockey (DJ) dan produser musik hip-hop sangat tertarik pada perangkat audio Jepang produksi akhir 1970-an dan awal 1980-an. Technics 1200 merupakan pilihan terbaik DJ, dan Roland TR-808 Rhythm Composer memiliki karakter bas yang kuat. Pokoknya, menyimbolkan dance elektrik serta musik hip-hop.
Dalam 20 tahun terakhir, jumlah piringan hitam yang terjual mencapai 10 kali lipat, dengan harga berlipat ganda. Intinya, phonograph sudah dianggap sebagai instrumen musik, bukan sekadar alat perekam. Perangkat DJ juga buatan Jepang, baik Technics maupun Vestax.
5. Robot
Tren Hollywood saat ini adalah, robot suatu hari nanti akan menjadi penguasa dunia. Lihat saja film Terminator dan A.I. Selain itu, Amerika Serikat juga rajin membahas pemberdayaan robot dalam setiap operasi militer. Sebaliknya, Jepang justru melihat robot sebagai teman, pekerja, bahkan asisten. Intinya, robot dapat bekerjasama dengan manusia, bukan menggantikan kedudukan mereka di muka bumi. Itulah pembeda Jepang dengan negara lain. Buktinya, Eropa mengimpor tenaga kerja murah dari Turki dan Afrika, Amerika Serikat mengimpor dari Meksiko. Tapi, Jepang tidak melakukan hal serupa. Kan ada robot?! Lebih dari separuh jumlah robot industri di dunia (750 ribu) diproduksi di Jepang.

6. Komik
Osamu Tezuka mengembangkan Manga setelah Perang Dunia II. Rupanya Tezuka terpengaruh Carl Barks, kreator Paman Gober. Tezuka menuangkan cita rasa Amerika Serikat ke dalam tubuh komik Jepang. Ia memadukan Disney dengan cerita menarik. Di Jepang, komik berkembang menjadi bahan literatur seni. Ada komik romantis, komik historis, sampai komik olahraga. Intinya, komik diciptakan bagi setiap segmen pasar. Sekarang keadaan berbalik, Disney justru yang meniru Jepang. Contohnya, The Little Mermaid sangat dipengaruhi gaya Manga, bahkan The Lion King sesungguhnya diadaptasi dari Kimba the White Lion karya Tezuka.

Manga seringkali mengilhami terciptanya film animasi. Princess Mononoke adalah film kedua terlaris di Jepang setelah Titanic.

7. Video Game
Jepang adalah Hollywood-nya video game. Mereka pembuat game terbaik. Jepang memiliki ribuan tim R&D serta dana raksasa untuk menciptakan berbagai permainan canggih. Jika di belahan bumi lain satu tim terdiri atas 50 orang, Jepang punya 200 orang. Cara Jepang memasuki ajang industri itu sama dengan cara yang ditempuh Cecil B. DeMille dalam perfilman. Seperti membuat film, Jepang juga menggunakan kamera, penyutradaraan, dan alur cerita. Kini, game dan film berkolaborasi. Lihat saja The Matrix dan Crouching Tiger, Hidden Dragon. Beberapa gerakan tokoh utamanya justru banyak meniru gerakan jagoan dalam game. Nintendo telah memproduksi 115 juta Game Boy. Jumlah yang cukup bagi seluruh orang Jepang. Satu orang satu.

8. Barang Baru
Siklus perdagangan produk Jepang jauh lebih aktif dari Amerika Serikat: penjualan, pembelian, maupun jumlah produksi. Hiroshi, perancang busana di balik label Good Enough memiliki toko di Osaka, buka Rabu sampai Sabtu. Setiap Rabu ia memajang produk baru di etalase - biasanya T-shirt atau barang lain. Ia juga mendesain untuk Nike - selalu laris manis. Pembeli antre dua jam sebelum toko buka, karena persediaan terbatas.�
Biasanya, Amerika Serikat tak mau merilis notebook terbaru sebelum ada jaminan bakal laku, setidaknya 250 ribu unit di seluruh dunia. Namun, Jepang lebih eksperimental. Bagi Sony, Fujitsu, Hitachi, Toshiba, Sharp, Casio, dan NEC, laku 25 ribu unit saja sudah cukup untuk jadi landasan produksi.

Karena ongkos registrasi mahal, masyarakat Jepang sulit memiliki mobil lebih dari lima tahun. Karenanya, masyarakat Jepang selalu haus akan model baru. Yang lama akan diekspor ke Asia Tenggara dan Eropa.

9. Erotisme
Sebagai simbol kebaikan, dekorasi tali mempengaruhi banyak aspek di Jepang. Sudah 3 ribu tahun tradisi itu menyatu dalam kultur Jepang. Tali sering dipakai sebagai desain kerajinan tembikar Jepang masa prasejarah. Di kuil pemujaan Shinto, bahkan terlihat tali raksasa pertanda tanah suci. Saat upacara pernikahan, uang dibungkus dan diikat dengan simpul berbelit. Kimono, pakaian tradisional Jepang, diikatkan begitu saja ke badan, tanpa retsleting dan kancing. Tali-temali tak terpisahkan dari kultur Jepang. Samurai zaman pertengahan pun memiliki tradisi hojo jitsu, yakni seni mengikat tawanan. Memasuki abad XX, Seiu Ito mulai mengabadikan gambar perempuan dalam ikatan tali. Seni tersebut dinamakan shibari.�
Industri hiburan segmen dewasa di Jepang membuat 5 ribu film porno setiap tahun, dan wajib disunting satu persatu oleh Badan Sensor.

10. Pertunjukan Game
Awal 1990-an, mempermalukan orang merupakan permainan populer di Jepang. Di Trans-America Ultra Quiz, kontestan yang kalah disertakan dalam 'the losers'. Mereka diminta melakukan perbuatan memalukan atau pekerjaan sulit. Seseorang bahkan pernah dicat merah sambil berdiri di sudut jalan, berteriak, "Saya kalah!". Sekarang, Amerika Serikat gantian keranjingan Survivor dan The Weakest Link.

Jepang di era modernisme (extra).

berikut informasi tambahan dari "part 1".
sumber :http://hemmm.wordpress.com/2008/01/08/kehidupan-di-jepang-saat-ini/

1. Kantor pemerintahan dan pelayanan publik
Anda pernah m eli hat sekelompok semut? Nah, begitulah kira-kira situasi kantor pemerintahan daerah di Jepang. Tidak ada “semut” yang diam termangu, apalagi membaca koran; seluruh karyawan kantor senantiasa bergerak, dari saat bel mulai kerja hingga pulang larut malam. Tak habis pikir, saya tatap dalam-dalam “semut-semut” yangsedang bekerja tersebut; kadang kala saya curi pandang: jangan-jangan mereka sedang ber-internet ria seperti kebiasaan saya di kampus. Ingin saya mengetahui makanan apa gerangan yang dikonsumsi para pegawai itu sehingga mereka sanggup berjam-jam duduk,berkonsentrasi, dan menatap monitor yang bentuknya tidak berubah tersebut. Tata ruang kantor khas Jepang: mulai pimpinan hingga staf teknis duduk pada satu ruangan yang sama – tanpa sekat; semua bisa melihat bahwa semuanya bekerja. Satu orang membaca koran, pasti akan ketahuan. Aksi yang bagi saya dramatis ini masih ditambah lagi dengan aksi lari-lari dari pimpinan ataupun staf dalam melayani masyarakat.

Ya, mereka berlari dalam arti yang sesungguhnya dan ekspresi pelayanan yang sama seriusnya. Wajah mereka akan menatap anda dalam-dalam dengan pola serius utuh dis eli ngi dengan senyuman. Saya hampir tak percaya dengan perkataan kawan saya yang mempelajari system pemerintahan Jepang, bahwa gaji mereka – para “semut” tersebut – tidak bisa dikatakan berlebihan. Sesuai dengan standard upah di Jepang. Yang saya baca di internet, mereka memiliki kebanggaan berprofesi sebagai abdi negara; kebanggaan yang menutupi penghasilan yang tidak berbeda dengan profesi yang lain.

Menyandang status mahasiswa, saya mendapatkan banyak kemudahan dan fasilitas dari Pemerintah Jepang. Untuk mengurus berbagai keringanan tersebut, saya harus mendatangi kantor kecamatan (kuyakusho) atau walikota (shiyakusho) setempat. Beberapa dokumen harus diisi; khas Jepang: t eli ti namun tidak menyulitkan. Dalam berbagai kesempatan saya harus mengisi kolom semacam: apakah anda melakukan pekerjaan sambilan (arubaito = part time job), apakah anak anda tinggal bersama anda (untuk mengurus tunjangan anak), dsb. Dan dalam banyak hal, pertanyaan-pertanya an tersebut cukup dijawab dengan lisan: ya atau tidak. Tidak perlu surat-surat pembuktian dari “RT, RW, Kelurahan” dsb. Saya percaya bahwa sistem yang baik selalu mensyaratkan kejujuran.
Sistem berlandaskan kejujuran akan cepat maju dan meningkat,sekaligus sangat efisien. Mengetahui bahwasanya saya adalah orang asing yang kurang lancar berbahasa Jepang, saya mendapatkan “fasilitas” diantar kesana-kemari pada saat mengurus berbagai dokumen untuk mengajukan keringanan biaya melahirkan istri saya. Hal ini terjadi beberapa kali. Seorang senior saya pernah mengatakan, begitu anda masuk ke kantor pemerintahan di Jepang, maka semua urusan akan ada (dan harus ada) solusinya. Lain hari saya membaca prinsip “the biggest (service) for the small” yang kurang lebih bermakna pelayanan dan perhatian yang maksimal untuk orang-orang yang kurang beruntung.
Pameo “kalau ada yang sulit, mengapa dipermudah” tidak saya jumpai di Jepang. Pada suatu urusan di kantor walikota (shiyakusho) saya diminta untuk menyerahkan surat pajak penghasilan. Saya mengatakan bahwa saya sudah pernah, di masa yang lalu, menyerahkan surat yang sama ke bagian lain di kantor tersebut. Saya sudah siap dan pasrah seandainya mereka menjawab bahwa saya harus mengurus kembali surattersebut ke kantor kecamatan sebelum saya pindah ke kota ini. Agak tertegun sekaligus lega mendapat jawaban bahwa staf divisi tersebut akan mendatangi divisi lain tempat saya pernah menyerahkan dokumen pajak saya sekian bulan yang lalu. Dia akan mengkopinya dari sana .
Ambil jalan yang mudah, namun tetap mengedepankan ketelitian. Itulah yang saya jumpai di Jepang.
Berstatus mahasiswa yang berkeluarga (baca: harus berhemat), kami sempat terkejut melihat tagihan listrik bulanan yang melonjak hingga 10 kali lipat.
Setelah melakukan pengusutan sederhana, tahulah kami bahwa ada kesalahan pencatatan meter listrik oleh petugas – sebuah kesalahan yang tidak umum di negeri ini. Segera saat itu pula saya telpon perusaah listrik wilayah Kansai untuk mengkonfirmasikan kesalahantersebut. Berkali-kali kata sumimasen (yang bisa pula berarti maaf) keluar dari mulut operator telepon. Saya menganggapnya sudah selesai, karena operator berjanji untuk segera melakukan tindak lanjut. Belum berapa lama meletakkan tas di laboratorium pagi itu, istri menelpon dari rumah perihal kedatangan petugas listrik untuk meminta maaf dan menarik slip tagihan. Setibanya di rumah malam harinya, baru tahulah saya bahwa yang datang bukanlah sekelas petugas lapangan (dari kartu nama yang ditinggalkannya) dan tahulah saya bahwa dia tidak sekedar meminta maaf, karena bingkisan berisi sabun dan shampo merk cukup terkenal menyertai kartu nama petugas tersebut. Saya hanya berharap, waktu itu, bahwa petugas pencatat yang k eli ru tidak akan bunuh diri. Karena kekeliruan dalam bekerja, secara umum, menyangkut kehormatan di Negara ini.
Saya mengetahui dari sebuah perusahaan penyalur tenaga kerja di Jepang akan sebuah paradigma “Bila anda datang ke kantor pada pukul 09.00 (jam resmi masuk kantor di Jepang) dan pulang pada pukul 17.00 (jam resmi pulang kantor di Jepang), maka atasan dan kawan-kawan anda akan mengatakan bahwa anda tidak memiliki niat bekerja”. Sayamembuktikan pameo tersebut, karena setiap hari saya bersepeda melintasi kantor walikota (shiyakusho) . Sebagian besar lampu di kantor itu masih menyala hingga pukul 20.00.
Dan beberapa kali saya jumpai staf kantor tersebut memasuki stasiun kereta, juga sekitar pukul 20.00. Hal ini berarti, mereka semua memiliki niat bekerja – versi Jepang.

2.Pasar, pertunjukan kejujuran dan perhatian
Suatu kali pernah kami memb eli sebungkus buah-buahan dengan bandrol murah; favorit bagi kalangan mahasiswa asing seperti saya. Saya sudah mengetahui bahwa ada sedikit cacat (gores atau bekas benturan) pada permukaan beberapa buah-buahan – sesuai dengan harga murah yang disematkan padanya. Pada saat kami hendak membayar buah tersebut,penjual buah buru-buru menerangkan dan menunjuk-nunjuk kondisi sedikit cacat pada beberapa buah-buahan tersebut, dan kembali memastikan niat kami memb eli nya. Sembari tersenyum, tentu saja kami mengatakan “daijobu” (tidak apa-apa),karena kami sudah m eli hatnya dari awal. Beberapa kawan kami mengiyakan pada saat kami menceritakan kejadian yang bagi kami cukup mengherankan ini; ini berarti sikap jujur tersebut tidak dimonopoli oleh satu-dua pedagang. Mereka mengerti betul bahwa kejujuran adalah prasyarat utama keberhasilan dalam berdagang. Tidak perlu meraupuntung sesaat dalam jumlah besar, bila nantinya akan kehilangan pelanggan.
Hingga hari ini, pada saat bertransaksi di kasir, kami selalu menerima uang kembalian dalam jumlah yang utuh – sesuai dengan yang tertera pada slip pembayaran. Tidak kurang, meski hanya satu yen (mata uang terkecil di Jepang). Tidak ada “pemaksaan” untuk menerima permen sebagai pengganti nominal tertentu. Selain kagum denganpraktek berdagang yang baik ini, kami sekaligus kagum dengan sistem perbankan Jepang yang mampu menyediakan uang recehan untuk pedagang dan vending machine (mesin penjual otomatis) di se-antero Jepang. Meski bagi sebagian kalangan, uang kembalianterlihat “sepele”; hal ini bisa menyebabkan ketidakikhlasan pembeli terhadap transaksi jual-beli .
Istri saya selalu berbelanja bersama anak-anak; dan karena “keriangan” anak-anak, pada beberapa kasus, pak telur atau buah-buahan bisa meluncur ke lantai. Dua kali terjadi beberapa telur dalam satu pak pecah akibat keriangan anak-anak, dan satu kali m elibatkan buah yang mudah penyok. Pada semua kejadian tersebut, petugas supermarket m eli hat dan segera mengganti barang-barang tersebut dengan yang baru. Padahal kami datang dengan wajah lelah dan pasrah untuk membayarnya, karena kami menyadari benar bahwa ini adalah kelalaian kami. Bahkan pada satu kasus, barang tersebut sudahdibayar istri saya. Pada saat kami menerangkan bahwa ini semua ketidaksengajaan anak-anak kami, dengan ramah petugas supermarket menyahut “daijobu yo” (tidak apa-apa).
Pada saat berkesempatan mengunjungi sebuah negara lain di Asia untuk sebuah konferensi, saya baru menyadari keramahtamahan petugas supermarket di Jepang. Di Jepang, bila anda menanyakan keberadaan sebuah barang, maka petugas tidak sekedar memberi arah petunjuk pada anda, namun dia akan mengantarkan anda hingga berjumpa dengan barang yang dicari; dan petugas baru akan meninggalkan anda setelah memastikan bahwa everything is ok. Hal ini tidak berarti bahwa jumlah petugas supermarket di Jepang demikian banyaknya hingga mereka berkesempatan jalan-jalan di dalam supermarket yang sangat besar; justru sebaliknya, jumlah petugas selalu sesuai benar dengan kebutuhan, dan mereka selalu bergerak – seperti semut. Di sebuahtoko elektronik, seorang petugas yang menjelaskan spesifikasi komputer yang anda tanyai adalah juga kasir tempat anda membayar serta petugas yang melakukan packing akhir terhadap komputer yang anda beli .

3.Polisi, sistem yang bekerja dan melindungi
Kami sempat terheran-heran manakala pertama menginjakkan kaki di Kobe demi melihat postur polisi dan kendaraannya yang tidak lebih gagah dibandingkan dengan petugas pos di Indonesia. Benar, ini bukan metafora. Memang ada pula polisi di tingkat prefecture (propinsi) yang gagah mengendarai motor besar bak Chip – ini jumlahnya sedikit.Namun polisi kota besar seukuran Kobe – salah satu kota metropolis di Jepang, posturnya tidak segagah polisi yang sering saya jumpai di jalan-jalan Republik. Anda tentu menganggap saya sedang bergurau bila saya mengatakan bahwa motor polisi di Kota Kobe dan Ashiya serupa benar dengan bebek terbang tahun 70-an. Saya tidak bergurau.Ini Kobe dan Ashiya, dua kota di negara macan ekonomi dunia. Bebek terbang tersebut dilengkapi dengan boks besi di bagian belakang -mirip dengan petugas pengantaran barang kiriman. Namun, sekali bapak atau mbak polisi ini menghentikan kendaraan, tidak pernah saya melihat ada diantaranya yang berusaha lari. Tidak ada gunanya lari dinegara dengan sistem network yang sangat baik ini. Ke mana pun anda lari, kesitu pula polisi dengan uniform yang serupa akan menghampiri anda. Pelan namun pasti. Saya akhirnya mafhum, bahwa polisi di sini lebih pada fungsi kontrol dan pengambilan keputusan (decision maker) – kedua fungsi ini memang tidak mensyaratkan badan yang harus berotot dan berisi. Tak heran saya m eli hat mas-mas polisi muda berkacamata melakukan patroli dengan bebek terbangnya. Mereka hanya perlu m eli hat, mengawasi, dan mengambil keputusan. Selebihnya,sistem yang akan bekerja.

4.Lingkungan hidup dan transportasi
Jepang bukanlah negara dengan penduduk kecil. Populasi negara ini hampir separuh populasi Republik tercinta.
Di sisi lain, wilayah negara ini didominasi oleh pegunungan yang sulit untuk dihuni. Pegunungan yang tetap hijau, membuat saya menduga bahwa Pemerintah Jepang memang sengaja membiarkan kehijauan melekat pada daerah pegunungan tersebut. Tokyo adalah kota besar dengan jumlah penduduk terbesar se-dunia, mengalahkan New York dan berbagai kota besar di mancanegara. Besarnya penduduk, sempitnya dataran yang bisa dihuni, dan tingginya tingkat ekonomi mensiratkan dua hal: kerapian dan kebersihan. Anda akan sangat kesulitan menjumpai sampah anthrophogenik (akibat aktivitas manusia) di jalan-jalan di Jepang. Kemana mata anda memandang, maka kesitulah anda akan tertumbuk pada situasi yang bersih dan rapi. Orang Jepangmeletakkan sepatu/alas kaki dengan tangan, bukan dengan kaki ataupun dilempar begitu saja. Mereka menyadari bahwa ruang (space) yang mereka miliki tidak luas, sehingga semuanya harus rapi dan tertata.Sepatu dan alas kaki diletakkan dengan posisi yang siap untuk digunakan pada saat kita keluar ruangan. Hal ini sesuai dengan karakteristik mereka yang senantiasa well-prepared dalam berbagai hal. Kadang saya menjumpai kondisi yang ekstrim; seorang pasien yang sedang menunggu giliran di depan saya berbicara dan menggerakkan anggota tubuhnya sendiri. Saya tahu bahwa ruang periksa di hadapan kami bukan ditempati psikiater ataupun neurophysicist. Belakangan saya tahu dari kawan yang belajar di bidang kedokteran, boleh jadi pasien tersebut sedang mempersiapkan dialog dengan dokternya.
Transportasi di Jepang didominasi oleh angkutan publik, baik bus,kereta (lokal, ekspres, super ekspres), shinkansen, dan pesawat terbang (antar wilayah). Baiknya sistem dan sarana transportasi di Jepang membuat anda tidak perlu berkeinginan untuk memilikikendaraan sendiri – kecuali bila anda tinggal di country-side yang tidak memiliki banyak alat transportasi umum. Kereta dan shinkansen (kereta antar kota super ekspres) mendominasi moda transportasi di Jepang. Sebuah sumber yang saya ingat menyebutkan bahwa kepadatan lalu lintas kereta di Jepang hádala yang tertinggi di dunia. Di Jepang, kereta dan shinkansen digerakkan menggunakan listrik. Hal ini tidak menyebabkan polusi udara di perkotaan, karena listrik diproduksi terpusat. PLTN sebagai salah satu sumber pemasok utama energi listrik di Jepang, tentu saja, juga berkontribusi pada rendahnya polusi udara karena, praktis, PLTN tidak mengemisikan CO2.
Nasehat “tengoklah duru kiri dan kanan sebelum menyeberang jalan”mungkin tidak sangat penting untuk diterapkan bila anda menyeberang di tempat yang telah disediakan di Jepang. Anda cukup menunggu lambang pejalan kaki berubah warna menjadi hijau; insya Allah anda akan selamat sampai ke seberang – tanpa perlu menengok kiri dankanan. Saat berkesempatan mengunjungi kota besar lain di Asia,kebiasaan menyeberang ala Jepang sempat membuat saya hampir terserempet motor; lampu hijau saja ternyata tidaklah cukup di kota ini.

5.Kesehatan dan rumah sakit
Jepang mengerti benar bahwa orang-orang yang sehatlah yang lebih mampu memajukan bangsa dan negaranya.
Mahasiswa di tempat saya belajar, Kobe University, wajib melakukan pemeriksaan kesehatan (gratis) setahun sekali. Fasilitas kesehatan di Jepang mendapat perhatian yang tinggi dari pemerintah. Sebagai orang asing, mahasiswa pula, kami dianjurkan untuk mengikuti program asuransi nasional. Dengan mengikuti program ini, kami hanya perlumembayar 30% dari biaya berobat.
Dari yang 30% tersebut, sebagai mahasiswa asing, saya akan mendapatkan tambahan potongan sebesar 80% (yang belakangan turun menjadi 35%) dari Kementrian Pendidikan Jepang. Berstatuskan mahasiswa, kami membayar premi asuransi per-bulan yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan orang kebanyakan. Dari laporan rutin yangdikirimkan oleh pihak asuransi kepada kami, tahulah saya bahwa ongkos berobat kami selalu (jauh) lebih besar dari premi asuransi yang saya bayarkan setiap bulannya. Berbekal kartu asuransi nasional, datang ke rumah sakit ataupun ke klinik swasta bukan lagi menjadi hal yang menakutkan bagi keluarga kami di Jepang. Jangan membayangkan bahwa pihak rumah sakit atau klinik swasta akan memberikan perlakuan yang berbeda kepada para pemegang kartu asuransi – apalagi untuk kami yang mendapatkan kartu tambahan khusus keluarga tidak mampu. Para dokter dan perawat melayani dengankeramahan yang tidak berkurang serta prosedur yang sama sederhananya. Keramahan di sini berarti keramahan yang sebenar-benarnya. Baik anda kaya ataupun miskin, proses masuk dan keluar dari rumah sakit di Jepang adalah sama mudahnya. Saat istrimelahirkan di rumah sakit pemerintah di Ashiya, saya disodori formulir yang berisi opsi pembayaran: tunai, lewat bank, dll. Tidak menjadi sebuah keharusan bagi seorang pasien untuk menyelesaikan kewajiban pembayaran di hari dia harus keluar dari rumah sakit.Alhamdulillah kami mendapatkan keringanan biaya melahirkan dari Pemerintah Kota Ashiya; selain bisa melenggang dari rumah sakit tanpa bayar pada hari itu, tagihan dari Kantor Walikota (setelah dipotong subsidi dari pemerintah) juga baru datang dua bulankemudian.

Jepang di era modernisme.


Jepang, ya, siapa orang tak kenal negara yang sangat eksis di dunia ini, negara yang kebanyakan orang bilang "Negara Sakura" atau saya bilang "pervert country" ini sudah banyak berpengaruh pada dunia, apalagi selain hiburan dramanya, anime, manga, playstation, sega, nintendo, semuanya berasal dari negeri ini. dan mungkin masih kebanyakan orang asing berpikir bahwa orang jepang masih berbusana kimono, yukata, dll. tapi itu hanya dalam acara tertentu saja dipakainya. sekarang kehidupan di Jepang sudah menjadi modernisme, yang dimana serba mudah, cepat, tersedia.
berikut informasi mengenai jepang saat ini.

Kepadatan penduduk.
kepadatan penduduk Jepang meningkat cukup tinggi dan ini bisa dilihat dari situasi di kota-kota besar dan stasiun-stasiun Kereta Api dimana konsentrasi manusia jauh meningkat dan jalan-jalan raya makin dipenuhi dengan mobil-mobil yang menyebabkan kemacetan. Namun, masalah timbul yaitu dikala pertambahan penduduk Jepang asli merosot karena makin sedikit muda-mudi Jepang modern yang menikah dan makin populernya budaya beranak sedikit karena mahalnya biaya hidup dan harga rumah, dikala itu makin banyak pendatang 'haram' dari Amerika Latin, Asia dan Afrika yang mencari rejeki dinegara kaya ini. Akibatnya ada dorongan pemerintah agar orang Jepang asli bersedia beranak sampai 5.

Kemajuan teknologi.
Ketika kunjungan pertama, mesin fax mulai dikenal sekalipun saat itu di Indonesia belum, namun sekarang rata-rata penduduk Jepang memiliki HP generasi ke-3 yang ringan yang bisa dipakai untuk tilpon, game, e-mail, bahkan sudah ada yang menggunakan HP dengan layar TV dimana pasangan yang ber-HP bisa saling memandang. Dulu Shinkansen (KA peluru) yang pernah dinaiki dari Tokyo ke Hiroshima kecepatannya 200 KM per jam, namun sekarang sudah ada Shinkansen yang kecepatannya dua kali angka itu! Teknologi pembangunan makin meningkat dan mainan anak-anak di toko banyak diisi mainan robot. Kalau kita jalan-jalan di 'electric city' Akihabara di Tokyo, kita sudah sukar menjumpai camera lensa yang lama sebab sudah digantikan camera digital yang canggih dan mini.

Kemajuan ekonomi.
Tidak dapat disangkal Jepang merupakan surga bagi pencari kerja karena memang ekonomi telah mengalami kemajuan yang luar biasa berkat ekspansi industri global perusahaan-perusahaan Jepang, dan ini mendatangkan kemakmuran luar biasa pada para buruh dan penduduk. Bayangkan dalam kunjungan pertama kurs 1 Yen = Rp.4 sekarang sudah = Rp.90, suatu kenaikan lebih dari dua puluh kali lipat! Rata-rata makanan perporsi di Restoran bila di-kurs mencapai Rp.100.000,- sekali makan, dan umumnya orang Jepang bisa dengan mudahnya makan di restoran-restoran. Dikala kurs Yen meningkat di kala itu harga-harga mobil relatif murah dan mobil-mobil bekas yang notabena lebih murah dari mobil bekas di Indonesia sehingga banyak orang Jepang berganti-ganti mobil sekalipun kondisinya masih prima.

Kehidupan hedonistik.
Konsekwensi logis kehidupan modern di Jepang adalah bahwa generasi muda memasuki kehidupan yang hedonistik, pesta pora dengan musik dan minuman keras menjadi bagian banyak kehidupan anak muda dan orang dewasa, dan restoran dan pub penuh di malam hari karena generasi muda sekarang memiliki kebiasaan minum-minum sepulang kantor. Siaran TV didominasikan oleh anak-anak muda Jepang yang menyanyikan lagu-lagu Rock dengan kebiasaan mengecat rambut-rambut mereka dengan warna pirang dan memotong rambut mereka bergaya punk. Majalah dan film porno sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kios-kios di stasiun-stasiun umum.

Kemerosotan sosial-budaya.
Tidak terhindarkan bahwa kemajuan ekonomi dan teknologi yang merintis jalan hidup hedonistik itu mendatangkan kemerosotan dalam banyak bidang yang menunjukkan dengan jelas bahwa masyarakat muda Jepang sekarang hidup dalam era posmo. Survai baru-baru ini menunjukkan bahwa generasi muda Jepang lebih rapuh dari generasi pendahulunya, dan sekitar 70 persen tidak lagi menyukai huruf kanji. Ini dapat dimengerti karena kalau generasi pendahulunya menikmati hasil yang diperoleh dari kerja keras dan perjuangan sehingga menghargai hasilnya, generasi muda menikmati hasil dari warisan dan tidak tahu bagaimana berjuang untuk mempertahankannya. Kalau dahulu banyak wanita berkimono dan rambut bergelung bisa dilihat di jalan-jalan umum, sekarang gadis-gadis ber-rok mini dengan rambut dicat pirang menguasai pemandangan. Kalau dulu perkawinan sifatnya langgeng sekalipun budaya perkawinan yang dibumbui selir merupakan bagian dari budaya namun sekarang feminisme makin diminati dan kaum perempuan berani menuntut haknya, bahkan Perdana Menteri yang baru Koizumi mengalami perceraian. Terutama di Tokyo, kemabukan menguasai banyak orang dan banyak yang bunuh diri melompat ke jalur kereta api.

Kemerosotan agama.
Modernisasi telah mengikis kehidupan beragama, dimana falsafah nihilisme dan keyakinan bahwa mereka bisa maju tanpa Tuhan sudah banyak menguasai pemikiran orang Jepang sehingga mereka umumnya menolak agama-agama wahyu dan beranggapan bahwa 'Tuhan tidak ada.' Agama sekedar dijadikan kios di pinggir jalan terlihat dengan makin meluasnya budaya sinkretisme dalam hidup. Makin banyak keluarga membawa bayi yang baru lahir ke kuil Shinto, dan si anak kalau kelak menikah diberkati di gereja Kristen dan kalau mati diiringi upacara agama Buddha. Agama menjadi sekedar simbol tanpa arti, sikap beragama hanya bersifat permukaan tanpa kedalaman.

Fanatisme premordial.
Disamping kemerosotan dalam banyak bidang ada juga kebangkitan atau lebih tepat disebut kembalinya fanatisme premordial dan nilai-nilai lama. Aliran Aum Srinkiyo tega menaburkan gas Sarin di stasiun kereta api bawah tanah yang mengorbankan banyak orang. Sampai sekarang masih banyak para tokoh ini yang terus diburu yang gambarnya di pasang di stasiun-stasiun padahal para pengikut ini banyak yang menjadi profesor di universitas terkemuka di Jepang. Belum lama ini Bendera dan lagu kebangsaan Jepang yang lama itu diresmikan, padahal lambang-lambang yang sebenarnya menggambarkan pemerintahan feodal, mulai banyak orang Jepang angkatan tua yang membenarkan kalau Jepang menguasai negara-negara lain demi ekspansi tanah air, demikian juga di banyak kota besar bisa dijumpai kelompok aliran kanan garis keras yang membela kaisar yang dengan bis-bis hitam berlalu lalang di jalan-jalan kota sambil menyerukan lagu-lagu kekaisaran.

Dampak pluralisme.
Perbenturan budaya dengan para pendatang mulai kelihatan karena umumnya para pendatang dari Afrika, Asia dan Amerika Selatan datang sebagai imigran gelap dan kini menguasai sektor buruh kasar baik di sektor konstruksi, otomotiv, perikanan maupun lainnya, yang rela digaji lebih rendah. Situasi ini dikuatirkan oleh pemerintah dan masyarakat Jepang dapat menghasilkan destabilitas tatanan masyarakat. Ketika dijemput teman ke Tokyo dari Mito, dalam perjalanan berangkat, teman itu dompetnya terjatuh di toilet umum dan ketika kembalinya diusulkan untuk mengunjungi lokasi yang ditengarai sebagai tempat hilangnya dompet itu, "tenang saja" katanya, soalnya kalau dompet itu ditemukan oleh pendatang tentu sudah hilang, namun kalau ditemukan oleh orang Jepang pasti akan kembali. Benar, besoknya pemilik apartemen teman itu menerima tilpon dari orang Jepang di Tokyo yang menemukan dompet tersebut. Memang para 'pendatang haram' itu mulai menjadi bak buah simalakama, disatu segi mereka diperlukan untuk menangani pekerjaan buruh kasar yang sudah tidak diminati oleh angkatan muda Jepang, di pihak lain mereka dianggap pesaing dan perusuh yang bisa merusak tatanan hidup di Jepang.

Dari beberapa lintas-pengamatan diatas, kita di Indonesia yang sedang menuju negara industri bisa belajar banyak dari semangat dan ketekunan kerja di Jepang yang membuat mereka berhasil maju, namun kita perlu berhati-hati agar tidak mengalami dampak era posmo yang merusak yang sekarang banyak dialami masyarakat Jepang.

Saturday, September 19, 2009

Menu Penghancur Kencan Pertama, nah looh!!!

JENG!!! JENG!!! JENG!!!

Dag.. dig.. dug.." Ini biasa terjadi saat menghadapi kencan pertama dengan wanita pujaan. Setelah beberapa kali gagal mengajak makan bareng, akhirnya si dia mau juga menghabiskan waktu bersama Anda. Kira-kira diajak kencan ke mana ya? Eits, jangan sampai salah pilih menu makanan kalau masih mengharapkan kencan lanjutan. Kaum Hawa ternyata mengamati segalanya saat kencan pertama, terutama apa yang dimakan pria dan bagaimana cara memakannya. Seperti dilansir Askmen.com, si dia ternyata punya pikiran tersendiri yang harus Anda ketahui.

"Big Mac-nya satu!"
Yang benar saja! Rasanya agak aneh jika Anda mengajak pasangan nongkrong di restoran siap saji saat kencan pertama. Makin mengesalkan bila dengan enteng Anda berseru, "Saya pesan Big Mac-nya satu. Kamu mau apa?" Pikiran wanita: Ini bukan pertemuan yang serius. Sepertinya dia sudah menikah atau memiliki pasangan.

"Segelas susu, yummy!"
Tunggu dulu, apakah ini kencan orang dewasa atau anak-anak? Jangan pernah pesan apapun dari menu anak-anak. Senikmat apapun rasa segelas susu, jangan pernah pesan itu saat kencan pertama. Lelaki dewasa tidak minum susu di depan umum, jadi sebaiknya pesanlah kopi. Pikiran wanita: Dia kekanak-kanakan. Dia minum susu saat makan, mungkin dia juga perlu lampu menyala saat tidur, dan menelepon ibunya jika bajunya perlu disetrika.

"Es krim vanila? Membosankan!"
Waktunya menyantap pencuci mulut. "Satu scoop es krim vanila, boleh juga," begitu pikir Anda. Percaya atau tidak, vanila dapat menimbulkan rasa mual kalau dikonsumsi. Dan, menyantapnya saat kencan pertama hanya akan membuat suasana makin membosankan. Pikiran wanita: Dia membosankan! Dia tidak mungkin berani mengambil risiko, apalagi menikmati hidup. Berhubungan seks dengannya juga tentu membosankan. Lupakan!

Capit lobster pembawa petaka
Mungkin Anda ingin pamer dengan mengajak kencan di restoran dan memesan lobster besar yang mahal. Tapi terbesitkah dalam pikiran Anda bahwa lobster bukanlah makanan yang mudah dimakan? Sebanyak apapun uang Anda, bayangkan betapa malunya saat kepingan cangkang lobster itu mengotori mulut, pakaian, dan meja makan. Poin Anda di matanya bisa turun drastis. Pikiran wanita: Aduh, memalukan! Masa buka cangkang lobster saja tidak bisa.

Lupakan tacos!
Jangan salah! Tacos adalah salah satu makanan nikmat yang sayang untuk dilewatkan. Tapi tidak harus disantap saat kencan pertama. Sebab, perhatian Anda akan teralih darinya dan sibuk berkonsentrasi untuk menyusun dan memakan tacos tanpa belepotan. Kalau sudah demikian, rasanya tidak akan ada waktu untuk memperhatikannya. Pikiran wanita: Sepertinya dia tidak tahu kalau aku menghilang dari sini. Ini baru tacos, bagaimana kalau dia main video game? Pasti dia tak akan memperhatikanku.

"Ehem, ada jagung nyempil"
Jagung adalah makanan yang paling mengganggu. Sulit rasanya mengobrol sembari makan jagung, apalagi jika berniat membahas sesuatu yang serius. Bayangkan, saat pasangan sedang serius bicara, Anda sibuk mengorek jagung yang nyangkut di gigi dengan kuku. Pikiran wanita: Aduh, dia pasti jorok sekali!

"Menu utama kok salad?"
Mencicipi salad sebagai hidangan pembuka, bolehlah. Namun jika menjadikannya menu utama rasanya menggelikan. Si dia pasti akan menganggap Anda sedang diet ketat. Dia akan menyesal karena sudah terlanjur menerima tawaran kencan Anda. Ini seharusnya menjadi waktu untuk bersenang-senang dan melepas kegugupan, bukannya ajang pertemuan klub diet. Wanita ingin melihat pria makan lebih banyak dari dirinya. Pikiran wanita: Dia pasti pelit atau tak punya uang.

"Slurp.." Semangkuk sup panas
"Saya pesan semangkuk sup," celetuk Anda pada pelayan. Halo! Anda tidak sedang sakit kan? Sup adalah menu pilihan terburuk dalam daftar hidangan yang disantap saat kencan pertama. Aturan utama saat kencan adalah jangan makan lebih atau kurang dari yang dimakan pasangan Anda. Jadi kalau dia memesan hidangan pembuka, Anda juga harus memesannya. Tetapi, hindari segala jenis sup. Sup sulit dimakan saat masih panas. Anda tentu tak ingin mengeluarkan suara saat meniup atau menyeruputnya kan? Dan, jangan pernah berpikir untuk menyeruput sup langsung dari mangkuknya! Selain itu, sup juga berpotensi untuk berceceran di atas meja. Jika Anda tidak berhasil memakan sup dengan tata cara yang baik di depannya, maka lupakan saja dia. Pikiran wanita: Dia tak peduli dengan penampilannya di depan umum. Sungguh malu mengenalkannya dengan teman atau orang tuaku.

Jadi, kalau mau kencan pertama lancar, jangan pernah memesan menu yang sulit disantap. Terakhir, jangan lupa bayar tagihannya ya! (ya paastiilaah,,,)

Buku Digital, waaw!!! boleh juga nii!!!

Buku merupakan jendela dunia. Dengan membaca buku tanpa beranjak, Anda dapat mengetahui berbagai hal maupun tempat yang ada di dunia. Namun, terkadang, merawat buku terkadang bukanlah hal yang mudah. Terlebih, jika buku itu telah berusia puluhan tahun.

Buat mengatasi hal itu, belum lama ini pengelola perpustakaan Universitas Ghent, Kota Ghent, Belgia, telah menemukan solusinya. Di balik gedung yang berarsitektur art deco, terdapat jutaan judul buku yang bisa digunakan para mahasiswa untuk mencari referensi. Seperti umumnya mencari buku, harus dimulai dengan membuka katalog, baru kemudian mencarinya di rak penyimpanan buku.

Tapi cara ini mungkin akan segera digantikan dengan cara baru berbasis internet. Yaitu cukup masukan data buku yang akan dicari, kemudian klik, maka buku pun akan muncul di layar komputer. Cara baru ini merupakan hasil kerja sama mesin pencari Google dengan perpustakaan Universitas Ghent. Sejak 2007, sudah lebih dari 300 ribu judul buku yang sudah bisa diakses dalam jaringan (daring) atau online. Sedangkan jumlah buku yang sudah selesai dipindai, jumlahnya jauh lebih banyak, yaitu sekitar 10 juta judul.

Langkah menuju perpustakaan daring ini pun mendapat sambutan baik. Seperti yang diungkapkan Doktor Sylvia Van Peteghem, Kepala Perputakaan Universitas Ghent. Menurutnya, memindahkan buku terbitan abad ke-19 ke dalam bentuk digital tentunya akan sangat menguntungkan. Sebab, dunia seakan memiliki perpustakaan serta ruang baca tambahan yang buka 24 jam selama tujuh hari.

Meskipun demikian, cara ini bukannya tanpa kendala karena salah-salah bisa berakhir dengan perkara. Ada baiknya, sebelum mengubahnya menjadi buku digital, pembicaraan dengan penerbit atau penulis terkait apakah mereka bersedia atau tidak jika bukunya dibuat menjadi buku digital menjadi persyaratan yang mutlak. "Tentunya akan ada alasan dan pertimbangan tertentu jika mereka memutuskan untuk menolaknya. Apa pun alasannya, keputusan itu harus dihormati," ucap Direktur Federasi Penerbit Eropa Anne Bergman-Tahon.

Pasalnya, pihak Google sempat didenda US$ 125 juta karena terlalu bersemangat memindahkan berbagai judul buku dan tidak mengindahkan persyaratan itu. Namun kini, Google mengaku akan mempertimbangkan aspek hukum terlebih dahulu sebelum memindahkan satu judul buku ke media di dunia maya.

"Kami selalu berhubungan dengan penerbit dan pemegang hak buku sebelum memindainya. Tapi di Eropa, kami berhubungan dengan perpustakaan untuk memilih buku yang termasuk dalam warisan budaya dan buku yang termasuk dalam ranah publik," kata Manager Kerja Sama Strategis Google Philippe Colombet.

Apa pun bentuknya, digital ataupun konvensional, manfaat buku semestinya dapat dipetik dan dinikmati oleh semua orang. Dengan demikian, pengetahuan yang terkandung di dalamnya tidak dibiarkan diam tak tersentuh dan akhirnya dilupakan

Teh Hijau Kurangi Risiko Penyakit Jantung


Sebuah penelitian baru membuktikan bahwa teh hijau dapat mengurangi risiko meninggal akibat penyakit jantung dan peredaran darah. Seperti diwartakan The Times of India, Kamis (10/9), penelitian tersebut dilakukan oleh peneliti dari Universitas Okayama, Jepang.
Mereka mengamati kesehatan lebih dari 12 ribu pria dan wanita usia 65 hingga 84 tahun yang tinggal di Jepang. Dalam penelitian tersebut, para sukarelawan diminta mengisi kuesioner mengenai faktor-faktor gaya hidup seperti rincian pola makan, konsumsi rokok dan alkohol. Demikian dilaporkan The Daily Express.
Setelah tujuh tahun, lebih dari 1.200 sukarelawan meninggal. Namun ketika kuesioner dianalisis, peneliti menemukan bahwa semakin banyak teh hijau dikonsumsi sukarelawan, semakin kecil pula kemungkinan mereka meninggal lantaran terkena penyakit yang berhubungan dengan jantung dan peredaran darah.
Para sukarelawan yang tak meninggal akibat penyakit tersebut rata-rata meminum antara 420 mililiter hingga 560 mililiter teh hijau per hari. Dibandingkan yang meminum lebih sedikit, risiko meninggal pada mereka lebih kecil 75 persen. Penelitian ini telah dipublikasikan di jurnal ilmiah Annals of Epidemiology.
Note: meskipun teh hijau sangat pahit, tapi menyehatkan boooo,,,

Ada Lagi Dari Jenis "Geobacter series", "Geobacter sulfurreducens"

Geobacter sulfurreducens

Isu energi memang tak pernah habis. Isu ini menjadi makin santer lantaran dunia membutuhkan energi yang besar sekaligus bersih. Untuk itulah beberapa inovasi coba dikembangkan. Salah satu inovasi yang tak kalah hebat adalah pengembangan bakteri sebagai penghasil listrik.

Gagasan ini bermula dari fakta bahwa limbah banyak mengandung gula sehingga memiliki potensi listrik. Hal ini membuat ilmuwan tertarik untuk mengolah air limbah menjadi listrik. Untuk membuat potensi itu dapat diwujudkan, tentunya dibutuhkan bakteri.

Bruce Logan, peneliti dari Universitas Penn State, Amerika Serika memilih bakteri geobakter untuk melakukan tugas tersebut. Bakteri ini dipilih karena mampu memproses material organik dan kemudian mengubahnya menjadi elektron. "Bahkan geobakter mampu memproses polutan seperti aromatic hydrocarbon hingga 90 persen guna memperoleh elektron," ujar Logan seperti dikutip Livescience.

Kondisi ini tentunya memberikan nilai tambah tersendiri. Logan mengatakan bakteri juga mampu memproses bahan kimia yang ada pada lumpur dasar laut menjadi listrik. Bahkan energi yang dihasilkan bisa mencapai dua kali lipat dari proses biasa. Ini memberikan harapan bakteri dapat menjadi penopang sumber penghasil listrik masa depan.

Namun kendala yang dihadapi tetap ada. Air limbah yang akan diolah bakteri menjadi listrik biasanya belum dapat memenuhi angka kebutuhan. Bahkan jika limbah hewan, makanan, dan cair dijadikan satu dan diolah menjadi listrik ternyata belum mampu memenuhi kebutuhan energi negara besar seperti Amerika Serikat meski hanya setengahnya.

Meski begitu, bukan berarti teknologi ini tidak menjanjikan. Walau belum dapat memenuhi kebutuhan negara besar, teknologi ini setidaknya mampu mengurangi ketergantungan akan energi fosil yang makin menyusut dan memberi dampak buruk bagi lingkungan.

untuk mau lihat gambar yang lebih jelas dan banyak klik di website ini http://www.geobacter.org/publications/19487117/